Friday, February 18, 2011

Mengapa Sri Mulyani?




Suatu hari di bulan Desember 2010, ada sms masuk ke HPku. Rupanya dari Bpk Steve Susanto, mantan Executive Director PT Reliance Securities Tbk yang sekarang menjadi Associate Director PT UOB Kay Hian Securities.

“Devi, apa kabar? Bikin referensi buku saya ya...Mengapa Sri Mulyani.”
“Kabar baik pak...mau dibuat referensi dimana nih pak? Saya belum baca bukunya, nanti saya beli pak. Kalau ketemu, ditandatangan ya pak...:) “
“Terserah kamu dibuat referensi dimana saja. Ok nanti kalau ketemu saya tandatangan buat kamu.”

Aku akhirnya membeli buku itu di Gramedia Pluit Village, 8 Januari 2010. Tapi aku baru selesai membacanya, seperti biasa karena seringkali kutinggal-tinggal jadinya lama deh hehe... Sayangnya sampai sekarang aku belum sempat bertemu Pak Steve dan meminta tandatangannya di buku itu. Semoga bisa dalam waktu dekat.

Buku ini, memang menarik buatku. Soalnya, isinya (termasuk covernya) tentang seseorang yang sangat kukagumi, Sri Mulyani Indrawati. Yap, mantan Menteri Keuangan dua periode dari pertengahan pemerintahan SBY-JK sampai awal pemerintahan SBY-Boediono. Ibu tiga anak yang juga pernah jadi wonder woman lantaran merangkap dua jabatan Menkeu plus Menko Ekonomi, setelah Pak Boediono jadi Gubernur BI akhir tahun 2008.

Sosok itu juga beberapa kali kutemui ketika liputan, bahkan kami pernah foto ramai-ramai waktu penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007. Terakhir, aku ikutan foto berdesak-desakan dengan ibu wonder woman ini ketika perpisahan menjelang dia ke Washington DC untuk menjadi Managing Director World Bank. Waktu itu, perpisahan dibuat oleh para pelaku pasar modal di Ballroom Ritz Carlton Pacific Place.



Anyway, buku Mengapa Sri Mulyani, Menyibak Tabir Bank Century memang membuatku penasaran juga. Sayangnya waktu peluncuran buku itu, aku tidak bisa hadir lantaran ada liputan, kalau tidak salah.

Membaca buku ini, membuat aku tahu, betapa besarnya dukungan para Facebookers Kami Percaya Integritas Sri Mulyani Indrawati (KPI SMI). Terutama di saat sinetron Pansus Century tayang stripping di dua stasiun TV, yaitu Metro TV dan TV One, kalau tidak salah.

Awal tahun 2010 itu, kami memang dibuat penasaran soal kasus Bailout Bank Century (BOBC). Bahkan pasar modal ketika itu was-was, bagaimana kelanjutan kasus ini. Soalnya, jika memang semua tuduhan Pansus soal korupsi dan adanya dana bailout mengalir ke Partai Demokrat atau SMI atau Boediono, bubarlah sudah....bye bye prospek positif ekonomi Indonesia. Bakal ada penggulingan pemerintahan lagi, rush, or maybe riots. OMG please don’t make it happen...;(

Aneka peristiwa bermunculan dalam rentang waktu 2008-2010. Mulai dari timbulnya krisis ekonomi global, olengnya beberapa bank, bailout Bank Century, kasus Bibit-Chandra dengan cerita KPK, kemenangan mencolok Partai Demokrat serta kandidat presiden dan wapresnya, kemunculan buku Gurita Cikeas dan kegegerannya, pembentukan pansus menyusul gosip penyelamatan deposan kakap Bank Century Budi Sampoerna, termasuk interogasi yang dilaksanakan oleh para anggota pansus terhadap menteri, wapres dan pejabat negara lainnya.

Dari semua itu akhirnya muncul topik hangat, “Mengapa SMI-B menggelontorkan uang negara senilai Rp 632 miliar untuk membailout Robert Tantular, pemilik Bank Century (BC)?” dan “Apa gerangan yang menyebabkan nilai bailout berubah dari Rp 632 miliar menjadi Rp 6,7 triliun dalam tempo singkat?”

Akhirnya tema yang sama ini bergeser menjadi “Mengapa dana negara yang digelontorkan untuk menyelamatkan konglomerat ‘hitam’ bisa melonjak dari Rp 0,6 triliun menjadi Rp 6,7 triliun dalam hitungan hari?” atau “Mengapa biaya bailout jadi membengkak tanpa bats dan siapa yang teruntungkan dari pembengkakan dana ini?”

Buku ini bercerita tentang bagaimana proses itu terjadi, termasuk profil SMI, kiprah, kinerja, sikap dan reputasi SMI di Indonesia ataupun di dunia. Sayangnya, kronologi tentang krisis global yang akhirnya membawa dampak bailout Bank Century, tidak dibicarakan dengan sangat detail. Ini hanya dibahas dalam satu bab berisi 30 halaman, berjudul Bagaimana SMI Bersikap?

Sisanya, bercerita tentang proses pendiskreditan SMI dan curhat para Facebookers KPI-SMI. Gaya bahasanya juga cenderung sangat mendukung SMI, yang dianggap korban politisasi kasus BOBC. Kalau boleh dikritik, memang kurang obyektif jika dilihat secara keseluruhan.

Tapi Pak Steve dalam kata pengantarnya memang mengatakan, buku ini merupakan kulminasi dari risalah diskusi harian para facebookers KPI-SMI. Melalui proses sintesa dan antitesa, risalah ini diolah, kemudian dikemas dan disajikan dalam gaya populer. Buku ini juga dirancang untuk memberikan stimulus dan inspirasi bagi para facebookers untuk melahirkan buku-buku berikutnya.

Bagaimanapun, aku senang karena buku ini juga menjadi tulisan para awam yang tulus mempercayai integritas SMI. Setidaknya bisa menambah wawasan untuk pihak-pihak yang secara obyektif ingin tahu tentang kasus BOBC yang sebenarnya...^^



Kejadian politik seputar gugatan Kasus Bank Century merupakan lembaran hitam dalam perjalanan reformasi negara kita...
Semuanya telah menjadi sejarah seketika setelah Sri Mulyani mengundurkan diri.
-Wimar Witoelar-

“Ada tiga definisi keberhasilan. Selama saya tidak mengkhianati kebenaran, selama saya tidak mengingkari nurani, dan selama saya masih bisa menjaga martabat dan harga diri saya, maka di situ saya menang.”
-Sri Mulyani Indrawati-

No comments:

Post a Comment